Pemandangan Kota/Pemandangan Di Malam Hari

Admire New York through the lens of @jinifoto | Featuring FE 20-70mm F4 G

Calvin — Mon, 26 Feb 2024 08:58:29 +0000

Kagumi New York melalui lensa @jinifoto | Menampilkan FE 20-70mm F4 G

Calvin Mon, 02/26/2024 - 14:28

Article Categories

TIPS PROFESIONAL

Body Category

Alpha 7 IV

Lens Category

FE 20-70mm F4 G

Lens highlights | FE 20-70mm F4 G

Why Sung-Jin chose FE 20-70mm F4 G

Travel Q&A with Sung-Jin

Dikenal sebagai @jinifoto di Instagram, fotografer Korea Selatan Park Sung-Jin berkeliling dunia untuk mengabadikan keajaiban yang dimiliki oleh setiap negara.

Sung-Jin menjelajahi arsitektur dan lanskap kota New York dengan FE 20-70mm F4 G dan Alpha 7 IV miliknya yang tepercaya dan serbaguna. Ia membawa kita dalam perjalanan melintasi New York dan warna-warni musim gugurnya, mulai dari lanskap malam yang mempesona hingga arsitektur yang luas dan gedung pencakar langit yang menjulang tinggi.

Alpha 7 IV | FE 20-70mm F4 G | 70 mm | 1/320 sec | F10 | ISO 100

Sorotan lensa | FE 20-70mm F4 G

Ringkas dan ringan dengan AF cepat, FE 20-70mm F4 G mengubah zoom standar dengan rentang jarak fokus yang lebih lebar, menjadi lensa pilihan bagi para kreator serba bisa yang selalu bepergian.

Jarak fokus: 20-70 mm
Jarak fokus minimum: 0,30 m (W), 0,25 m (T)
Rasio pembesaran maksimum (X): 0,39
Berat: 488 g

Alpha 7 IV | FE 20-70mm F4 G | 34 mm | 1/125 sec | F8 | ISO 100

Saya memilih lensa ini karena ringan dan ringkas, serta nyaman untuk dibawa bepergian.”

Mengapa Sung-Jin memilih FE 20-70mm F4 G

Sung-Jin ingin mengabadikan keindahan dan warna New York pada musim gugur dan membutuhkan lensa serbaguna yang dapat menangkap segala hal, mulai dari bidikan jalanan hingga pemandangan. Karena ia berencana untuk berjalan-jalan sebentar, lensa yang ringan dan ringkas merupakan hal yang penting baginya, itulah sebabnya ia memilih FE 20-70mm F4 G.

Alpha 7 IV | FE 20-70mm F4 G | 20 mm | 1/50 sec | F4.5 | ISO 1600

Tanya Jawab Perjalanan dengan Sung-Jin

Bagaimana kameramu membantu kamu mengabadikan momen indah?

Lensa sudut lebar cocok untuk mengabadikan momen singkat. Kamu dapat mengabadikan suatu pemandangan dan lebih mengapresiasinya dalam bingkai yang lebih luas. Pada lensa terlebarnya, lensa FE 20-70mm F4 G sangat bagus untuk memotret gedung-gedung tinggi.

Alpha 7 IV | FE 20-70mm F4 G | 70 mm | 1/2000 sec | F9 | ISO 200

Apa rekomendasi tempat untuk dikunjungi oleh rekan fotografer di New York?

Jika kamu berkunjung untuk pertama kalinya, saya sarankan berjalan-jalan secara vertikal melalui Manhattan. Kamu bisa mulai dari Lower Manhattan dan berjalan sampai ke Greenwich Village. Kamu juga bisa berjalan kaki dari Times Square ke Central Park. Saya merekomendasikan jam-jam pagi hari ketika tidak terlalu ramai.

Alpha 7 IV | FE 20-70mm F4 G | 20 mm | 1/200 sec | F8 | ISO 100

Apa momen paling berkesan bagimu di New York?

Pada hari terakhir perjalanan saya di Central Park, warna daun maple di musim gugur terlihat indah. Sinar matahari terbenam membuatnya lebih indah.

Alpha 7 IV | FE 20-70mm F4 G | 34 mm | 1/25 sec | F4 | ISO 1000

Foto itu tentang mendokumentasikan. Setiap foto membawa saya kembali dan memungkinkan saya merasakan kegembiraan saat itu.”

Terinspirasi

Bagi fotografer lain yang merencanakan perjalanan ke New York, Sung-Jin merekomendasikan untuk mengunjungi salah satu dari banyak dek observasi untuk melihat pemandangan menakjubkan dan bidikan yang bagus.

Lihat melalui lensa fotografer lainnya.
Jepang di musim dingin melalui lensa @bongtographer_ | Menampilkan FE 20-70mm F4 G

Produk

Unggulan

Alpha 7 IV

Máy ảnh lai toàn khung hình

FE 20-70mm F4 G

Ống kính Zoom tiêu chuẩn dòng G dành cho máy ảnh Full frame

Article Theme

Arsitektur

Pemandangan Kota/Pemandangan Di Malam Hari

Fotografi Jalanan

Travel

FE 16-35mm F4 | Best for selfies | Review by Choi Jihye

Harriman — Thu, 18 May 2023 10:49:03 +0000

FE 16-35mm F4 | Kamera terbaik untuk selfie | Ulasan oleh Choi Jihye

Harriman Thu, 05/18/2023 - 16:19

Article Categories

ULASAN

Alpha 7 IV | FE PZ 16-35mm F4 G | 24mm | F4.0 | 1/250s | ISO 200

Alpha 7 IV | FE PZ 16-35mm F4 G | 16mm | F8 | 1/100s | ISO 160

Alpha 7 IV | FE PZ 16-35mm F4 G | 16mm | F4.0 | 1/2s | ISO 1000

Alpha 7 IV | FE PZ 16-35mm F4 G | 26mm | F4.0 | 1/400s | ISO 100

Kenangan perjalanan Anda, diabadikan untuk seumur hidup

Sejak usia muda, saya selalu menyukai lanskap indah. Ini mencakup bunga musiman, bangunan, dan arsitektur yang memamerkan budaya suatu negara. Itulah sebabnya mengapa di perjalanan saya, saya menemukan kebahagiaan dalam mengambil foto-foto lanskap ini. Setelah beberapa waktu, saya mulai mengabadikan diri saya dalam lanskap ini, dan sekarang saya mengambil gambar orang (dan diri saya) secara harmonis dengan lingkungan tempat mereka berada.

Kamera favorit saya adalah Alpha 7 IV, dan lensa pilihan saya adalah lensa zoom FE PZ 16-35mm F4 G yang luar biasa. Hari ini, saya akan membawa Anda ikut dalam perjalanan saya ke Singapura dan memberi Anda tinjauan di balik layar tentang bagaimana saya mengabadikan “Singapore Project” saya.

The Singapore Project: Memamerkan kota kepada dunia

Alpha 7 IV | FE PZ 16-35mm F4 G | 17mm | F4 | 1/2s | ISO 2000

Seri ini direkam dengan berkolaborasi dengan Singapore Tourism Board. Tujuan saya adalah menangkap keindahan negara ini dan memberi audiens internasional alasan untuk mengunjungi lokasi yang mengagumkan ini. Pada perjalanan ini, saya memotret sekumpulan foto – seringkali menggunakan diri saya sendiri sebagai subjeknya – menampilkan banyak kebun, taman, dan pemandangan indah negara ini.

Menemani saya pada perjalanan ini adalah kamera Alpha 7 IV dan lensa zoom FE PZ 16-35mm F4 G saya. Karena saya sudah merencanakan untuk mengambil banyak foto selfie dan lanskap, saya juga pergi dengan mempersiapkan tripod saya untuk bidikan vertikal. Bahkan dengan pelat terpasang, saya bisa mengambil manfaat penuh dari LCD putar kamera ini, yang terbukti sangan nyaman.

Paket berbobot ringan ini penting karena ini membuat saya dapat mengepak pakaian dan aksesori saya juga. Dengan berat hanya 353g, FE PZ 16-35mm F4 G ringan sekaligus ringkas – yang berarti pergelangan tangan saya tidak pernah pegal, bahkan setelah pemotretan beberapa hari penuh. Dan resolusi tinggi lensa zoom ini esensial untuk menangkap setiap detail lanskap kota yang menakjubkan ini.

Changi International Airport yang Ikonik

Alpha 7 IV | FE PZ 16-35mm F4 G | 16mm | F8 | 1/100s | ISO 160

Foto ini diambil di Changi International Airport di Singapura. Visi saya adalah mengabadikan seseorang yang dikelilingi hutan, jadi saya pergi ke lantai dua untuk sudut yang lebih baik. Untuk mengambil foto yang tidak terhalang, saya bersandar pada sebuah pagar dan mengulurkan tangan saya sejauh (dan serendah) mungkin, sehingga saya dapat menangkap dedaunan dalam bingkai. Dan untuk menangkap air terjun yang mengalir dengan segala keindahannya, saya mengatur kecepatan shutter ke 1/100 detik.

Kemampuan manuver Alpha 7 IV dan FE PZ 16-35mm F4 G terbukti berharga dalam penampilan ini – karena keduanya memudahkan untuk memegang kamera dan membidik dengan satu tangan.

Singapura, ketika matahari terbenam

Alpha 7 IV | FE PZ 16-35mm F4 G | 30mm | F4 | 1/2s | ISO 2000

Terdapat banyak pemandangan malam yang menginspirasi di seluruh Singapura, dan ini salah satu favorit saya. Walaupun nilai apertur terbuka maksimum FE PZ 16-35mm F4 G adalah F4, sinergi antara Alpha 7 IV dan lensa zoom ini memberikan hasil luar biasa pada malam hari – tanpa area yang terpotong yang sering terlihat dalam bidikan sensitivitas tinggi.

Kelebihan lain adalah bagaimana FE PZ 16-35mm F4 G menghasilkan gambar resolusi tinggi yang jernih, tanpa penurunan kualitas pada pinggiran gambar.

Alpha 7 IV | FE PZ 16-35mm F4 G | 30mm | F4 | 1/2s | ISO 1000

Ini bidikan malam lain yang sangat saya sukai dari seri ini, dan satu tip untuk meningkatkan selfie malam hari Anda: Untuk menangkap subjek bersama dengan pemandangan malam, perlu ada pencahayaan yang sesuai di dekat subjek Anda. Dalam foto ini, saya bisa menyeimbangkan eksposur dengan menempatkan lampu kawat dalam bidikan.

Untuk hasil terbaik, terangi subjek Anda dengan pencahayaan dengan intensitas yang sama dengan cahaya lingkungan sekitar. (Hasil Anda tidak akan tampak begitu bagus jika cahaya Anda terlalu terang.)

Pelajaran dalam kontras dan pakaian

Alpha 7 IV | FE PZ 16-35mm F4 G | 22mm | F4 | 1/1600s | ISO 160

Ini adalah foto Raffles Hotel di Singapura, yang memiliki bangunan putih dengan atap oranye yang unik. Untuk bidikan ini, saya mempersiapkan pakaian merah agar mencolok di depan fasad putih bangunan. Dalam situasi seperti ini, warna solid lebih efektif daripada pakaian bermotif, karena warna tersebut lebih menekankan subjek.

Sebagai bonus, bahan sutera tipis dengan mudah ditiup oleh angin, memberi foto ini tampilan yang lebih dramatis. Pada hari yang tidak berangin, Anda selalu bisa mengibarkan rok dengan tangan Anda!

Air terjun, cahaya, dan arsitektur yang indah

Alpha 7 IV | FE PZ 16-35mm F4 G | 26mm | F4 | 1/400s | ISO 100

Walaupun foto ini diambil di airport, saya tidak ingin tampak demikian. Dan karena air terjun besar, pepohonan sekitar, dan cahaya yang datang dari langit-langit bercorak memberikan kesan misterius, saya ingin memproyeksikan atmosfer “cerah tapi misterius” ini kepada subjek.

Jadi, saya mengikat rambut saya ke belakang untuk memperlihatkan gaun punggung terbuka, sambil menurunkan tangan saya ke bawah. Saya ingin agar bidikan ini tampak seperti adegan dari film “Avatar”. Karena kamera cukup dekat dengan air terjun, kamera terkena percikan air – tetapi berkat resistensi debu dan air Alpha 7 IV, saya dapat terus shooting tanpa khawatir.

Hal-hal baik datang kepada mereka yang menunggu

Alpha 7 IV | FE PZ 16-35mm F4 G | 17mm | F5.6 | 1/50s | ISO 200

Alpha 7 IV | FE PZ 16-35mm F4 G | 17mm | F5.6 | 1/100s | ISO 200

Gambar ini sangat sulit untuk diambil, karena banyaknya orang di ruang ini. Jadi, saya mempersiapkan tripod dan komposisi pemotretan saya terlebih dahulu, lalu menunggu… dan menunggu. Setelah satu jam, saya mulai bertanya-tanya, “Haruskah saya menyerah sekarang?” Namun saya bertahan sampai saya mendapatkan bidikan – dan karena usaha yang dikerahkan untuk foto ini, sekarang foto ini memiliki tempat khusus dalam hati saya dan merupakan salah satu foto favorit saya.

Tip untuk fotografer yang tertarik dengan selfie perjalanan

Alpha 7 IV | FE PZ 16-35mm F4 G | 24mm | F4 | 1/250s | ISO 200

Alpha 7 IV | FE PZ 16-35mm F4 G | 20mm | F4 | 1/500s | ISO 100

Untuk urusan selfie perjalanan, ketahuilah bahwa jika Anda menginginkan foto perjalanan yang bagus, Anda harus memilih adegan yang bagus. Kedua hal ini saling bergandengan, dan foto yang berkesan seringkali melibatkan banyak persiapan sebelumnya dan usaha.

Alih-alih sekadar menekan tombol shutter, ajukan diri Anda sendiri pertanyaan seperti,

“Apa yang ingin saya ekspresikan melalui foto ini?”

“Perasaan apa yang ingin saya sampaikan kepada orang yang melihat foto ini?”

Juga, ketika melihat foto yang diambil orang lain, pikirkan mengapa si fotografer memilih komposisi ini dan mengapa mereka mengambil foto itu pada jam tertentu. Pertanyaan ini dapat mengarahkan Anda ke observasi yang menarik.

Tentu saja, peralatan Anda juga sangat penting. Saya merekomendasikan memilih kombinasi kamera dan lensa yang ringan dan ringkas. Secara pribadi, saya merasa bahwa FE PZ 16-35mm F4 G memberikan gambar resolusi tinggi dan performa zoom yang luar biasa untuk foto perjalanan, lanskap, dan selfie yang brilian.

Di mana petualangan saya yang berikutnya? Masih banyak negara yang belum saya kunjungi, dan banyak lanskap yang sangat ingin saya jelajahi – jadi saya akan terus mencari lanskap dan destinasi perjalanan baru yang indah!

Produk

Unggulan

Alpha 7 IV

Máy ảnh lai toàn khung hình

Vario-Tessar T* FE 16-35mm F4 ZA OSS

Ống kính thu phóng rộng ZEISS để chụp toàn khung hình

NP-FZ100 Z-series Rechargeable Battery Pack

Bộ pin sạc dòng Z

BC-QZ1

Bộ sạc pin cho NP-FZ100 (dòng Z)

SF-M64T

Thẻ nhớ Tough dòng SF-M

Article Theme

Pemandangan Kota/Pemandangan Di Malam Hari

Portrait

Travel

FE 24mm F2.8 G | Ideal travel partner | Review by Carlinn Meyer

Harriman — Thu, 18 May 2023 09:23:49 +0000

FE 24mm F2.8 G | Rekan berpetualang yang ideal | Ulasan oleh Carlinn Meyer

Harriman Thu, 05/18/2023 - 14:53

Article Categories

ULASAN

Alpha 7C | FE 24mm F2.8 G | 24mm | F2.8 | 1/2500s | ISO 160

Alpha 7C | FE 24mm F2.8 G | 24mm | F3.5 | 1/1250s | ISO 160

Alpha 7C | FE 24mm F2.8 G | 24mm | F5 | 1/320s | ISO 100

Alpha 7C | FE 24mm F2.8 G | 24mm | F2.8 | 1/500s | ISO 160

Esensi fotografi perjalanan

Orang sering bertanya kepada saya, “Apa rahasia memotret foto perjalanan yang tak terlupakan?”

Secara pribadi, saya selalu berfokus untuk menangkap esensi dari tempat yang saya kunjungi. Seberapa pun jauh – atau dekat – Anda dari rumah, selalu ada momen, warna, dan lanskap istimewa yang akan mengagetkan Anda. Sebagai fotografer, Anda ingin menunjukkan rasa takjub dan kaget itu kepada audiens Anda, sehingga mereka akan merasa bahwa mereka sedang ikut dalam perjalanan itu bersama Anda.

Itulah sebabnya mengapa saya senang bepergian dengan kamera full-frame ringkas Sony Alpha 7C dan lensa prima FE 24mm F2.8 G saya. Pasangan ringkas ini cukup ringan untuk dibawa ke mana pun, sehingga menjadi jauh lebih mudah untuk menangkap momen spontan.

Mengapa lensa prima sangat pas untuk perjalanan

Ketika saya bepergian, saya biasanya berjalan kaki sepanjang hari. Saya senang menjelajahi kota dengan berjalan kaki untuk benar-benar merasakan suasana di sekitar saya, dan lensa prima seperti FE 24mm F2.8 G begitu ringan, sehingga saya hampir lupa bahwa saya sedang membawanya.

Sebagai lensa 24MM, lensa ini juga melakukan semua yang saya butuhkan untuk bidikan saya di luar negeri. Lensa ini sangat bagus untuk memotret lanskap luas yang indah – sekaligus berkinerja cemerlang untuk potret close-up dengan kejernihannya, serta bokeh halus menawan yang melebur dengan latar belakang.

Fokus tepat dan senyap
Anda akan melihat banyak subjek mengagumkan dalam perjalanan Anda, namun tidak semuanya akan mau berpose – terutama jenis yang bersayap! Di sinilah FE 24mm F2.8 G unggul – saat Anda diam-diam membidik burung, serangga, dan hewan.

Alpha 7C | FE 24mm F2.8 G | 24mm | F4 | 1/640s | ISO 125

Lensa ini memiliki autofokus yang luar biasa senyap sehingga Anda tidak akan membuat subjek Anda lari ketakutan, bahkan pada jarak dekat. Dan fokusnya yang tajam dan cepat memudahkan untuk mengambil foto subjek Anda yang sangat bagus – bahkan saat mereka sedang bergerak!

Bokeh halus dan natural
Saat saya memotret makanan dan orang, saya senang menghampiri hingga jarak yang sangat dekat. Jadi, konteks itu penting – dan latar belakang yang disentuh oleh bokeh halus dan natural memberikan konteks pada bidikan, sekaligus menjadikan subjek Anda menonjol.

Alpha 7C | FE 24mm F2.8 G | 24mm | F2.8 | 1/800s | ISO 250

Alpha 7C | FE 24mm F2.8 G | 24mm | F4 | 1/640s | ISO 125

Untuk potret dan selfie, saya menciptakan efek ini dengan menggunakan apertur yang terbuka lebar seperti F2.8. Lensa prima FE 24mm F2.8 G juga hebat untuk potret hewan, seperti yang tampak dalam bidikan tupai ini. Dalam bidikan ini, saya menghampiri subjek begitu dekat untuk menangkap detail tajam pada titik fokus saya – tanpa kehilangan cerita yang dibagikan oleh foto ini dengan audiens.

Kualitas lensa 24mm
Sebagaimana ditunjukkan sejauh ini, lensa prima 24MM ini membuat saya bisa menghampiri subjek begitu dekat. Namun itu bukan satu-satunya trik – lensa ini juga mengagumkan untuk menangkap bidikan lebar, tanpa kehilangan tekstur atau ketajaman. Dalam perjalanan Anda, Anda pasti akan menemui situasi yang mengharuskan Anda untuk mengambil bidikan luas tanpa banyak ruang – dan FE 24mm F2.8 G sempurna untuk situasi seperti ini.

Alpha 7C | FE 24mm F2.8 G | 24mm | F6.3 | 1/1250s | 160

Anda akan benar-benar mengapresiasi bagaimana kualitas foto yang diambil dengan lensa ini, tetap konsisten dalam berbagai situasi dan lingkungan – contohnya, ketika memotret bangunan dalam cahaya matahari yang terang.

Alpha 7C | FE 24mm F2.8 G | 24mm | F2.8 | 1/800s | ISO 100

Alpha 7C | FE 24mm F2.8 G | 24mm | F2.8 | 1/250s | ISO 160

Alpha 7C | FE 24mm F2.8 G | 24mm | F6.3 | 1/1250s | ISO 160

Satu kamera. Satu lensa. Sempurna untuk setiap perjalanan.

Saya sangat menyukai kombinasi Sony Alpha 7C dan lensa prima FE 24mm F2.8 G Desainnya yang ringan memudahkan untuk membawanya dalam perjalanan Anda, dan keringkasannya memudahkan untuk mengeluarkannya dan memotret dengan satu tangan – sehingga vlogging dan selfie menjadi jauh lebih mudah dan lebih natural.

Produk

Unggulan

Alpha 7C

Máy ảnh Full Frame nhỏ gọn

FE 40mm F2.5 G

Ống kính prime chuẩn dòng G dành cho máy ảnh Full Frame

NP-FZ100 Z-series Rechargeable Battery Pack

Bộ pin sạc dòng Z

SF-M64T

Thẻ nhớ Tough dòng SF-M

BC-QZ1

Bộ sạc pin cho NP-FZ100 (dòng Z)

Article Theme

Pemandangan Kota/Pemandangan Di Malam Hari

Travel

VLOG

FE 14mm F1.8 GM | Capture intriguing timelapse shots | Review by Phong Yap Hui

Harriman — Wed, 17 May 2023 06:51:04 +0000

FE 14mm F1.8 GM | Merekam video timelapse yang menarik | Ulasan oleh Phong Yap Hui

Harriman Wed, 05/17/2023 - 12:21

Article Categories

ULASAN

Keajaiban fotografi time-lapse

Fotografi time-lapse adalah aspek menarik fotografi yang memampatkan periode waktu yang panjang menjadi menit dan detik - memungkinkan pemirsa untuk melihat bagaimana lingkungan atau pemandangan dapat berubah saat bumi berputar dan alam menunjukkan keajaibannya sepanjang hari atau malam.

Prinsip-prinsip pemotretan time-lapse itu sederhana, namun sangat menarik. Prinsip dasarnya adalah mengenal durasi fenomena yang akan Anda abadikan. Misalnya, saat memotret matahari terbit atau terbenam, Anda akan belajar bahwa proses matahari terbit atau terbenam akan berlangsung sekitar satu jam Pemahaman ini akan memungkinkan Anda untuk lebih baik dalam merencanakan bidikan, pengaturan, manajemen baterai kamera, dan banyak lagi.

Kombinasi kamera dan lensa favorit pribadi saya adalah Alpha 1 dan lensa utama FE 14mm F1.8 GM, yang sangat cocok untuk pemotretan timelapse yang memukau

Matahari Terbenam di Changbin

Alpha 1 | FE 14mm F1.8 GM | F16 | 1/2s | ISO 100

Alpha 1 | FE 14mm F1.8 GM | F8 | 1/3s | ISO 100

Saat memotret matahari terbenam di Changbin, saya memperkirakan bahwa pemotretan akan memakan waktu sekitar 45 menit – dimulai 15 menit sebelum matahari terbenam dan berlangsung hingga 30 menit setelahnya.

Di sinilah perhitungan sangat membantu. 45 menit setara dengan 2.700 detik, yang memungkinkan saya untuk mengambil sekitar 900 foto selang waktu dengan kecepatan satu potretan setiap tiga detik. Perlu diingat bahwa memperpanjang waktu pemaparan dapat mengurangi sensitivitas cahaya dengan imbalan kualitas foto yang lebih baik. Dalam pengaturan kamera Alpha 1, Anda dapat menemukan pengaturan ISO AUTO dengan kecepatan minimum dua. Nilai rentang ISO AUTO dapat diatur ke preferensi pribadi Anda. Secara pribadi, saya sarankan pengaturan antara 100 hingga 3.200.

Sebelum matahari terbenam, Anda bisa mengurangi bukaan menjadi F16 untuk mendapatkan lebih banyak kedalaman bidang. Saat matahari terbenam, cahaya secara bertahap akan melemah, dan waktu eksposur secara bertahap akan meningkat menjadi dua detik. Ketika ini terjadi, tingkatkan ISO menjadi 100 – 3200 untuk menjaga kualitas foto Anda.

Ketika ISO melebihi 200/400, sesuaikan aperture Anda dari F16 ke F11 dan ISO akan berkurang setengahnya. Terus lakukan itu sampai aperture Anda turun ke F2.8.

Fenomena air mata biru yang indah

Alpha 1| FE 14mm F1.8 GM | F1.8 | 15s | ISO 2000

Air mata biru adalah fenomena yang terjadi sebagai akibat dari bioluminescence, dan idealnya dipotret dalam cahaya yang sangat rendah dan sebaiknya diambil saat air pasang, ketika ombak menghantam karang dan cahaya ganggang menonjol. Fenomena ini biasanya berlangsung sekitar tiga jam.

Untuk membuat video time-lapse dengan frame rate tinggi, persingkat waktu eksposur sehingga Anda dapat mengambil cukup banyak foto selama jangka waktu yang terbatas ini. Perhatikan bahwa memperpendek waktu eksposur Anda akan menyebabkan foto Anda menjadi kurang terang, jadi memilih lensa aperture besar berkualitas tinggi seperti lensa utama FE 14mm F1.8 GM) sangat penting.

Foto-foto ini adalah adegan air mata biru di Pulau Dongju, Matsu. Kejadian musiman ini biasanya terjadi dari April hingga Juni setiap tahun. Saya memilih untuk memotret ketika tidak ada cahaya bulan, dan ketika Bima Sakti terlihat. Selain pertimbangan ini, Anda juga perlu mempertimbangkan arah angin (angin selatan adalah yang terbaik), suhu (18 hingga 22℃ disarankan) dan cuaca (jelas dan bebas kabut).

Karena lingkungan pemotretan akan hampir sepenuhnya gelap, saya sarankan menggunakan mode Manual (M) dengan pengaturan di F1.8, 15s dan ISO 2000. Jika ada cukup banyak polusi cahaya, Anda dapat menurunkan ISO Anda untuk menghindari paparan berlebihan pada bidikan Anda.

Panduan cepat: Jangka waktu dan interval pemotretan yang populer.

Alpha 1| FE 14mm F1.8 GM | F1.8 | 15s | ISO 2000

Untuk membantu Anda memulai pengambilan gambar time-lapse, saya telah mencantumkan timeframe dan waktu interval yang disarankan dari pemandangan-pemandangan populer.

Timeframe untuk pemandangan-pemandangan populer:

Fajar dan senja: 1 jam
Jalur bintang dan galaksi: 2 hingga 4 jam
Matahari menggantung: 20 menit
Pelangi: 15 menit

Saat memprogram interval waktu, Anda dapat menggunakan rumus ini:

Waktu eksposur terpanjang dari pemandangan + 1 detik = Interval detik

Misalnya, waktu paparan terpanjang untuk fajar dan senja adalah 2s + 1s = 3s, dan waktu paparan terpanjang di langit berbintang dan Bima Sakti adalah 15s + 1s = 16s.

Selain itu, pemandangan yang berlangsung lebih singkat (seperti pelangi), dapat dipotret menggunakan waktu eksposur tidak lebih dari 0,5 detik, dengan interval waktu 1 detik. Dengan cara ini, Anda dapat mengambil 900 gambar dalam waktu 15 menit ketika pelangi terlihat.

Untuk adegan seperti "matahari yang menggantung ", panjang fokus yang panjang dan kecepatan rana yang lambat dapat menyebabkan pergeseran fokus sehingga menghasilkan gambar yang buram. Saya sarankan mengatur kecepatan rana Anda tidak lebih rendah dari 1/30s atau 1/15 detik, dengan waktu interval Anda menjadi 1 atau 2 detik (tergantung pada panjang fokus dan stabilitas tripod Anda). Jika pemotretan Anda membutuhkan jarak fokus yang panjang yang harus tetap stabil dari siang hingga malam, eksposur lama tetap menjadi prioritas, namun, pastikan tripod Anda sangat stabil dan siap untuk stabilisasi horizontal.

Pendapat saya tentang lensa utama FE 14mm F1.8 GM.

Sejujurnya, saya telah menunggu lensa seperti lensa utama FE 14mm F1.8 GM selama lebih dari tiga tahun! Saya biasanya memotret di luar ruangan, hal tersebut membuat lensa ringan menjadi prioritas bagi saya. Saya juga sering lebih suka memotret dalam 8K, dan kualitas gambar 8K yang luar biasa dari FE 14mm F1.8 GM selalu memberi saya keyakinan bahwa bidikannya akan sangat baik.

Terlebih lagi, diameter lensa kecil sangat ideal untuk digunakan di area pegunungan. Di bawah suhu rendah dan kelembapan tinggi dari lingkungan ini, area permukaan kecil meminimalkan kontak dengan udara dingin, yang merupakan penyebab umum cermin berdebu- dan sesuatu yang saya senang karena kini tidak perlu lagi khawatir.

FE 14mm F1.8 GM juga dapat dilengkapi dengan sistem filter 100mm. Ini memungkinkan saya dengan mudah menyeimbangkan kontras gambar sebelumnya, dan memperpanjang waktu eksposur untuk menangkap gambar yang berkualitas lebih tinggi.

Ketika digabungkan dengan Alpha 1, yang memiliki latitude yang sangat kuat dan menyimpan berkas 16Bit RAW, ini adalah kombinasi ideal untuk fotografi time-lapse pada setiap waktu hari - baik pagi maupun sore. Dengan file RAW 16Bit, detail di area gelap juga dapat dipulihkan dalam pasca-pengeditan, yang sangat meningkatkan kualitas bidikan timelapse terakhir.

Produk

Unggulan

Alpha 1

Máy ảnh toàn khung hình có độ phân giải và tốc độ tuyệt vời

FE 14mm F1.8 GM

Ống kính cao cấp siêu rộng G Master để chụp toàn khung hình

ECM-B1M

Micro shotgun

ECM-W2BT

Micro không dây

GP-VPT2BT

Tay cầm chụp ảnh kèm bộ điều khiển không dây

Article Theme

Pemandangan Kota/Pemandangan Di Malam Hari

Filmmaking

Astro

Nature/Landscapes

The Architect Turned Photographer

sneha — Wed, 21 Sep 2022 12:39:01 +0000

Dari Arsitek Menjadi Fotografer

sneha Wed, 09/21/2022 - 18:09

Article Categories

Unggulan

Arsitek kawakan Kris Provoost adalah seorang arsitek bergelar Magister Arsitektur yang penuh pengalaman. Dia mengatakan bahwa pengalamannya bertahun-tahun sebagai arsitek menjadi batu loncatan baginya untuk menekuni bidang fotografi arsitektur, desain interior, dan infrastruktur. Berkat pengalamannya sebagai arsitek itu, dia hanya perlu mempelajari aturan-aturan dasar fotografi untuk memulai. Dia yakin menggabungkan dua bidang kesukaannya itu akan menghasilkan sesuatu yang menakjubkan.

Alpha 7R IV | FE 12-24mm F2.8 GM | 24mm | 1/160 sec | F2.8 | ISO 100

Menyiapkan Tangkapan Gambar

Sebagai arsitek kawakan, Kris diajarkan bahwa setiap desain bangunan memiliki cerita. Ketika memutuskan untuk menjadi fotografer, ide bahwa setiap desain bangunan memiliki cerita ini dia gunakan sebagai pendekatan yang selalu dipakai ketika memotret bangunan.

"Dengan semua perlengkapan yang tersedia bagi fotografer zaman sekarang, nyaris tidak ada batas bagi apa yang bisa kita lakukan. Lensa yang tepat tergantung pada cerita apa yang ingin aku sampaikan. Untuk pemandangan kota, lensa telefoto merupakan bagian tidak terpisahkan yang dapat membantuku menangkap banyak hal ketika aku harus fokus pada satu subjek. Di kota padat seperti Hong Kong, lensa telefoto dapat berfokus pada subjek dan membuat latar belakang terasa lembut."

Alpha 7R IV | FE 12-24mm F2.8 GM | 24mm | 1/800 sec | F2.8 | ISO 100

Kris selalu melakukan riset dan persiapan matang, kemudian menguji coba berbagai macam sudut pengambilan gambar yang berbeda sebelum kembali ke lokasi tersebut pada jam-jam emas. Terlepas dari persiapannya yang matang, Kris selalu menekankan pentingnya memiliki perlengkapan yang dapat diandalkan. "Pencahayaan adalah segalanya dalam fotografi arsitektur. Cahaya memberikan kontras dan kedalaman kepada gedung dan merupakan bagian dari penyampaian cerita. Kita tidak bisa mengendalikan matahari atau cuaca, dan itu menyebalkan, tetapi hal tersebut justru menjadi kesempatan bagi kita untuk menangkap momen-momen yang luar biasa. Itulah sebabnya memiliki perlengkapan yang bisa dipercaya menjadi penting, karena aku bisa menggantungkan hasil kerjaku kepada perlengkapan tersebut, mulai dari menangkap gambar sederhana sampai mengganti lensa sesuai kebutuhan dengan mudah," tambah Kris.

Alpha 7R IV merupakan kamera yang luar biasa dalam karier fotografi Kris. Di antara banyak fitur yang dapat membantunya memaksimalkan daya kreativitasnya ke dalam foto, fitur high pixel count adalah favoritnya. Kualitas gambar 61-megapixel yang dimiliki kamera tersebut memungkinkan dirinya untuk membuat hasil foto besar dan tetap memiliki kebebasan untuk memotongnya sesuai kebutuhan cerita yang ingin disampaikan. "Foto yang dipotong tetap terlihat menakjubkan setelah dicetak dalam format besar. Itulah kenapa aku menyukai kamera ini. Dengan fitur tersebut, kita bisa menciptakan hal-hal baru dari foto kita dengan trik-trik kreatif!"

Alpha 7R IV | FE 70-200mm F2.8 GM OSS II | 200mm | 1/60 sec | F2.8 | ISO 640

Pencahayaan Menentukan Suasana

Meski begitu, Kris tidak ingin terlalu berlebihan dalam melakukan persiapan. "Harus ada elemen yang mengejutkan dalam hasil karya fotografi kita yang membedakannya dengan foto-foto lain. Percikan cahaya mendadak dari matahari, atau refleksi cahaya yang luput, atau objek yang tiba-tiba muncul di dalam gambar, semuanya dapat membuat foto kita terlihat unik dan berbeda."

Memanfaatkan pencahayaan yang berbeda yang dapat diberikan oleh matahari, seperti cahaya yang lebih hangat atau lebih dingin, dapat memengaruhi suasana dalam fotografi bangunan. Pencahayaan memiliki peran yang aktif dan sangat penting bagi fotografer pemandangan kota untuk terus belajar memanfaatkannya. Menurut Kris, pencahayaan yang berbeda dapat menghasilkan suasana hasil foto yang berbeda pula. Kris sebisa mungkin menghindari cahaya siang bolong dan lebih menyukai pencahayaan di waktu pagi, sore hari hingga jam-jam emas, hingga jam-jam biru.

Alpha 7R IV | FE 14mm F1.8 GM | 14mm | 1/80 sec | F1.8 | ISO 400

Setelah mempelajari pencahayaan untuk beberapa lama, Kris menyadari bahwa pencahayaan di pagi hari memberikan aura kegembiraan pada foto karena melambangkan dimulainya hari baru. Semata itu, pencahayaan di waktu sore lebih lembut dan menambahkan suasana rileks karena melambangkan kesibukan kerja hari itu telah berakhir. Tak berapa lama setelah itu, tiba jam-jam emas yang ditunggu-tunggu. Bagi Kris, cahaya yang kontras dan gradien warna di langit adalah elemen yang membuat pencahayaan di waktu tersebut terasa magis." Dibandingkan waktu-waktu lain, ini adalah jam-jam d mana aku merasa paling terkoneksi dengan foto dan pergerakan cahaya di dalamnya. Hasilnya adalah karya-karya terbaikku," kata Kris dengan bangga.

Alpha 7R IV | FE 12-24mm F2.8 GM | 22mm | 1/400 sec | F2.8 | ISO 100

Foto arsitektur, kecuali yang ditangkap pada jam-jam biru, cenderung memiliki suhu warna lebih hangat karena adanya matahari. Oleh karena itu, Kris menekankan pentingnya bagi fotografer untuk terlebih dahulu menentukan suasana seperti apa yang ingin ditampilkan dalam foto. Meski proses edit dapat memberikan kita kendali penuh untuk mengubah-ubah corak warna, Kris sebisa mungkin meminimalkan proses edit digital untuk menciptakan tangkapan gambar yang lebih riil terhadap sebuah bangunan. "Tidak ada suhu warna yang paling benar, dan semuanya terserah kepada fotografer untuk menentukan gambar yang mau diambil—mulai dari refleksi, permukaan gedung, dan bahkan material bangunan untuk mencapai efek yang ingin didapatkan."

Sebagai fotografer arsitektur, Kris sangat mengandalkan tripod. Dengan kamera yang stabil, dia dapat menggunakan ISO rendah untuk mendapatkan foto dengan noise minimal, sedangkan dengan shutter speed yang lebih rendah, ia dapat menangkap pergerakan visual. Kris menyadari bahwa shutter speed yang rendah akan menghasilkan ketajaman gambar yang luar biasa untuk foto bangunan dan menggunakan f-stop yang lebih tinggi akan memberikan hasil foto yang jernih di setiap tangkapannya.

Alpha 7R IV | FE 70-200mm F2.8 GM OSS II | 70mm | 1/60 sec | F2.8 | ISO 400

Tonjolkan Perspektifmu

Untuk fotografer pemula, saran Kris adalah fokus pada cerita yang ingin disampaikan. "Kadang-kadang, mengubah cakrawala atau keseimbangan sedikit saja sudah cukup untuk membuat hasil foto kita menjadi jauh berbeda dari jutaan foto pemandangan kota lain. Pelajari bagaimana cara menggunakan latar depan dan latar belakang untuk memandu fokus audiens kita untuk selalu kembali kepada cerita yang ingin kit sampaikan. Aku selalu kembali ke bangunan yang pernah aku foto untuk melihat apakah ada perspektif lain yang bisa aku gali," kata Kris.

Alpha 7R IV | FE 12-24mm F2.8 GM | 23mm | 1/500 sec | F2.8 | ISO 100

Namun, banyak fotografer yang terlalu bersemangat untuk menyampaikan cerita sehingga hasil karya mereka dipenuhi oleh berbagai macam hal. Bagi Kris, menyampaikan satu cerita membutuhkan ketahanan diri. Itulah sebabnya Kris mengingatkan para fotografer muda untuk memikirkan segala sesuatunya baik-baik dan menangkap hanya esensi terpenting dari suatu subjek. Memilih tema yang tepat dan mempertahankannya berarti kita harus membuang elemen-elemen yang tidak sesuai dengan pesan yang ingin kita sampaikan. Bagi Kris, memiliki disiplin untuk fokus pada satu kisah akan menghasilkan karya yang lebih fokus dan berkesan.

"Kita tidak akan pernah bisa bersiap dan mengantisipasi apa yang akan terjadi. Jangan takut untuk bereksperimen. Tidak apa-apa untuk membatasi diri dengan satu lensa saja karena pembatasan semacam itu akan memaksa diri kita untuk berpikir cepat dan membuka cakrawala kita terhadap hal-hal baru. Elemen spontanitas dalam fotografi arsitektur adalah hal yang membuatku bersemangat melakukannya," tutup Kris.

Alpha 7R IV | FE 70-200mm F2.8 GM OSS II | 178mm | 1/60 sec | F2.8 | ISO 400

Produk

Unggulan

Alpha 7R IV

Máy ảnh toàn khung hình có độ phân giải cao 61MP

FE 12-24mm F2.8 GM

Ống kính thu phóng siêu rộng G Master để chụp toàn khung hình

FE 70-200mm F2.8 GM OSS II

Ống kính Zoom Telephoto G Master dành cho máy ảnh Full frame

FE 14mm F1.8 GM

Ống kính cao cấp siêu rộng G Master để chụp toàn khung hình

Article Theme

Arsitektur

Pemandangan Kota/Pemandangan Di Malam Hari

Turning the City into a Photographer’s Playground

Aysu — Fri, 11 Feb 2022 13:10:14 +0000

Cara Saya Memotret | Mengubah Kota Menjadi Taman Bermain Fotografer

Aysu Fri, 02/11/2022 - 18:40

Article Categories

TIPS PROFESIONAL

Saya beruntung sekali besar dan belajar fotografi di jalan-jalan Paris. Kota besar adalah tempat yang istimewa untuk fotografi jalanan karena terdapat banyak sekali peristiwa di sana dan berbagai tipe bangunan serta lokasi. Semua itu memberi Anda kesempatan untuk mencoba banyak hal dan mengasah keterampilan dengan cepat.

Selama beberapa tahun terakhir, saya tidak hanya memotret Paris, tetapi juga kota-kota di negara lain, mula-mula dengan Sony Alpha 6000, dan sekarang dengan Alpha 7R III.

Kota adalah Taman Bermain

Sebuah kota bagaikan labirin. Saya memandang setiap hari sebagai suatu kesempatan, sebuah tantangan untuk berupaya menemukan tempat baru dan menangkap pemandangan yang belum pernah dipotret. Jadi, saran pertama saya adalah nikmati saja kota itu dan berjalan-jalanlah di sana. Keluar dan jelajahi kota Anda, lihat dengan pandangan yang baru.

Ketika saya merasa menemukan pemandangan untuk dipotret, saya suka berhenti dan memperhatikan sebentar kejadian di tempat itu sebelum memotret. Saya mencari sesuatu yang ajaib, mungkin cahaya yang istimewa atau sekadar sesuatu yang mewakili suasana kota pada waktu itu. Kuncinya adalah berhenti dan melihat sebelum memotret.

Jangan Memotret yang Biasa

Hal terpenting bagi saya adalah menjajal dan meniru suasana, energi, DNA sebuah kota. Mudah saja memotret pemandangan kota besar seperti New York dalam ukuran kartu pos. Anda mungkin mendapat foto yang bagus, tetapi kita sudah pernah melihat gambar seperti itu seribu kali. Maka, carilah komposisi atau warna yang menarik untuk dicoba dan jadikan foto Anda unik dengan menambahkan sesuatu yang Anda miliki ke setiap foto.

Salah satu cara melatih diri sendiri untuk menemukan sesuatu yang berbeda dalam sebuah pemandangan, adalah memotret sesuatu yang biasa, lalu berpindah ke sekitarnya. Coba memotret dari posisi yang lebih rendah, lebih tinggi, atau berlawanan. Coba temukan potret yang berbeda. Seiring waktu, Anda akan secara alamiah mampu melihat dan menemukan komposisi yang berbeda dari foto turis biasa.

Waktu adalah Segalanya

Seperti genre lain dalam fotografi, cahaya benar-benar penting. Saya mengambil banyak foto pada waktu matahari terbit dan terbenam. Saya suka bangun pagi lebih awal, sekitar pukul 5 atau 6, untuk memotret cahaya pertama di jalan. Saya suka memotret pada waktu ini karena cahayanya ajaib dan hampir tidak ada orang di jalan.

Saya suka memberi sentuhan suasana dan keajaiban dengan memotret langsung ke arah matahari. Saya suka bermain dengan cahaya dan pembentukan pantulan, semburat cahaya, dan ledakan bintang. Beberapa orang tidak menyukai efek itu dan berusaha menghindarinya, tetapi menurut saya efek itu memberi energi.

Untuk mendapat pencahayaan terbaik, saya menggunakan aplikasi yang bisa melacak posisi matahari setiap saat, kemudian saya akan membidik ke ruang yang tepat dan pada waktu yang tepat untuk mendapat pencahayaan tersebut. Saya belum tahu pasti seperti apa pemandangan yang akan saya potret, tetapi saya tahu bahwa cahaya akan menyinari bangunan atau jalan dengan sudut tertentu sehingga saya tinggal memanfaatkan sebaik mungkin efek yang tercipta karenanya.

Gunakan Waktu Berkualitas dalam Penyuntingan

Untuk menyunting foto, saya akan menghabiskan waktu yang hampir sama dengan waktu memotretnya. Memotret sehari penuh akan menghasilkan foto yang cukup untuk disunting sehari penuh.

Ketika menyunting, saya mengutamakan tingkat kontras untuk menampakkan rona hitam putih yang jelas, kemudian beralih pada warna dan bentuk. Saya suka sekali memunculkan warna jingga di foto, maka saya akan mengutak-atik foto untuk memunculkannya, tetapi kuncinya adalah mengenali warna yang ingin Anda munculkan dan mengubah-ubah kontrasnya hingga mendapat keseimbangan yang memuaskan.

Cetuskan Proyek Pribadi

Saya suka mencetuskan proyek percobaan pribadi untuk membuat serangkaian gambar yang serasi. Baru-baru ini, saya pergi ke Singapura dan mencetuskan proyek arsitektur untuk diri sendiri. Saya mengubah cara kerja, dan menggunakan lensa FE 12-24 mm f/4 G pada Alpha 7R III milik saya untuk mendapat gambar minimalis abstrak hitam-putih. Saya mencari komposisi yang sangat minimalis dengan banyak unsur linier.

Mengerjakan proyek memberi Anda fokus dan motif untuk mendorong diri sendiri dan mencoba sesuatu yang baru hingga menjadi fotografer yang lebih piawai.

Produk

Unggulan

Alpha 7R III

Máy ảnh toàn khung hình có độ phân giải cao 42MP

FE 16-35mm F2.8 GM

Ống kính thu phóng rộng G Master để chụp toàn khung hình

FE 70-200mm F2.8 GM OSS

Ống kính zoom tele dòng G dành cho máy ảnh Full frame

FE 12-24mm F4 G

Ống kính Zoom góc siêu rộng dòng G dành cho máy ảnh Full Frame

Artikel asli diterbitkan di sony.co.uk/alphauniverse

Footnote

Warna asli mungkin berbeda dengan gambar pada layar.
Warna & fitur produk yang ditampilkan mungkin berbeda tergantung model dan negara.
4K: 3,840 x 2,160 piksel.
Ketersediaan layanan tergantung wilayah. Sebagian atau seluruh bagian perangkat lunak/layanan yang diinstal pada atau dapat diakses melalui produk dapat berubah, dihentikan, dihapus, ditangguhkan, atau diakhiri tanpa pemberitahuan.
Fitur dan spesifikasi dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Article Theme

Pemandangan Kota/Pemandangan Di Malam Hari

Fotografi Jalanan

Learn the trade: Aisha Nazar shares her secrets to mastering Night Photography

Aysu — Wed, 29 Dec 2021 13:22:52 +0000

Pelajari caranya: Aisha Nazar berbagi rahasia untuk menguasai Fotografi Malam Hari

Aysu Wed, 12/29/2021 - 18:52

Article Categories

TIPS PROFESIONAL

Tidak banyak yang tahu bahwa Aisha Nazar tidak pernah menyangka dirinya akan berhasil sebagai fotografer profesional.

“Saya melihat kamera mirrorless dan langsung membelinya tanpa pikir panjang,” tuturnya.
“ Saya langsung menyesali keputusan saya dan setelah beberapa kali gagal menjual kamera tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan kamera itu dan meningkatkan kemampuan fotografi saya.”

Alpha 7 III | FE 55mm F1.8 ZA | 82mm*| 1/250 dtk | f/1.8 | ISO 1600

Usaha yang tidak sia-sia. Tahun lalu, perempuan asal Kuala Lumpur berhasil mengalahkan ratusan peserta lain pada kompetisi ThroughTheLens yang digelar Sony. Berkat kemenangannya tersebut, ia mendapatkan akses ke lab teknologi Sony serta kesempatan magang satu tahun di perusahaan raksasa teknologi tersebut.

Lewat Matanya

Dengan pengalaman ini, Aisha mengaku bahwa dia dapat mewujudkan mimpinya menjadi fotografer perjalanan dan dokumenter, profesi yang jauh berbeda dari pekerjaannya sebelumnya sebagai karyawan perusahaan.

Gaya fotografinya? Gambar yang mampu menceritakan kisah. Dia sangat menyarankan penekanan kedalaman makna dari momen-momen yang terekam, alih-alih sekadar mendapatkan foto bagus apa adanya.

“Memahami objek yang Anda foto, meski hanya sedikit, akan mengubah sudut pandang Anda,” katanya dengan jujur. “Cara ini dapat membantu Anda berpikir dan menemukan ide untuk ditulis.”

Alpha 7 III | FE 55mm F1.8 ZA | 82mm*| 1/125 dtk | f/1.8 | ISO 1600

Setelah mantap menonjolkan unsur cerita dalam fotografi, Aisha kemudian mempelajari teknis dan proses kreatif dalam fotografi malam hari dengan kamera Full Frame Sony.

Ada satu aspek unik yang ia tekankan, yakni manipulasi cahaya saat memotret di malam hari. Beragam gambar, mulai dari jejak cahaya yang tajam hingga potret jalanan yang sangat indah, dapat diperoleh dengan sumber cahaya yang tepat dan pengaturan kamera.

“Dalam fotografi malam hari, tidak ada teknik yang benar atau salah,” dia menyimpulkan.

Baca untuk mengetahui tips menguasai fotografi malam hari dari Aisha.

Peralatan fotografi praktis andalan Aisha

Mengapa harus menggunakan kamera Full Frame Sony untuk mengambil foto malam hari?

Kamera Full Frame Sony sangat tepat untuk fotografi malam hari karena memiliki sensor ukuran penuh sehingga lebih banyak cahaya masuk dibandingkan sensor terpotong. Kamera ini juga dibekali ISO tinggi sehingga dapat menghasilkan gambar dengan detail yang kaya dan mengurangi noise.

Alpha 7 III | FE 55mm F1.8 ZA | 55mm | 1/200 dtk | f/1.8 | ISO 160

Bagaimana pengaturan fotografi malam hari yang biasa Anda gunakan?

Untuk fotografi malam hari, terutama saat memotret jalanan, saya biasanya menggunakan pengaturan kamera berikut:

Mode manual
F-stop: Ambil foto lebar dengan nilai apertur f2.8 atau lebih rendah, jika memungkinkan
ISO: Ambil foto antara ISO 800 – 1600, tergantung situasi pencahayaan dan foto akhir yang ingin saya dapatkan. Dengan Alpha 7 III Sony, saya tidak khawatir foto yang saya ambil memiliki banyak noise. Kamera ini mampu menghasilkan gambar bagus dalam kondisi cahaya temaram.
Kecepatan Shutter: 1/80 – 1/160 dtk
Ambil foto RAW untuk memaksimalkan detail pascaproduksi.

Tips fotografi jalanan

Bagaimana pengalaman Anda mengatur fokus saat memotret di malam hari? Untuk fotografi jalanan, seberapa penting autofokus untuk mengabadikan momen dengan sempurna?

Real-time Eye AF langsung melacak dan mengunci subjek foto, bahkan dalam kondisi cahaya temaram. AF yang cepat sangat penting untuk fotografi jalanan karena momen yang sudah terlewat tidak mungkin terulang lagi. Anda membutuhkan lensa cepat untuk keperluan ini agar mendapatkan dan mengunci fokus pada subjek dengan cepat. Kamera dengan sensor bagus, seperti Sony Full Frame, sangat tepat untuk fotografi ini karena memiliki performa yang unggul saat memotret dalam kondisi pencahayaan rendah sehingga dapat melacak subjek foto dengan lebih baik.

Alpha 7 III | FE 55mm F1.8 ZA | 55mm | 1/125 dtk | f/1.8 | ISO 1250

Bagikan tips fotografi jalanan di malam hari Anda.

Jangan menarik perhatian! Cara ampuh agar tidak memancing perhatian adalah tidak mengenakan pakaian yang mencolok saat mengambil foto. Kenakan pakaian seperti yang umumnya dipakai orang-orang. Gunakan lensa yang ringkas, seperti kamera F1.8 35 mm atau 55 mm Sony. Berkat autofokus yang supercepat, Anda dapat memotret pemandangan jalanan yang dinamis dengan resolusi antar sudut yang tinggi menggunakan apertur lebar, serta bokeh mulus.

Saya juga sangat menyarankan untuk memotret dengan mode senyap agar tidak menarik perhatian saat shutter tertutup dan Anda dapat menangkap emosi yang natural. Hanya gunakan Electronic Viewfinder (EVF) kamera Sony sesekali dan ambil foto setinggi pinggang atau dada agar orang-orang tidak sadar bahwa mereka sedang difoto.

Saat memotret jalanan yang gelap, manfaatkanlah cahaya di sekitar Anda, misalnya lampu depan mobil yang lewat sebagai cahaya belakang subjek Anda. Ini akan menciptakan efek iluminasi yang mempertegas gambar, Anda juga bahkan bisa menggunakan panel cahaya pada eksterior sebagian besar toko atau restoran sebagai sumber cahaya untuk subjek foto Anda.

Alpha 7 III | FE 55mm F1.8 ZA | 55mm | 1/125 dtk | f/1.8 | ISO 500

Bagaimana cara mengambil gambar tanpa noise saat memotret di malam hari?

Menguji kemampuan kamera menggunakan ISO tinggi sangat penting agar Anda tahu kemampuan kamera serta ISO terbaik untuk menghasilkan gambar akhir yang lebih bersih dan lebih tajam. Anda juga dapat menggunakan tripod untuk mendapatkan gambar yang bagus, jadi Anda bisa menggunakan ISO dan kecepatan shutter yang lebih rendah.

Anda juga bisa menggunakan lensa apertur lebar untuk mendapatkan jumlah cahaya maksimal. Lensa G Master Sony adalah solusi paling tepat untuk kebutuhan ini karena foto yang dihasilkannya tetap jelas, bahkan dengan aperture paling lebar sekalipun. Selain itu, lensa ini mempunyai lapisan khusus yang mengurangi semburan cahaya yang biasa terjadi pada malam hari.

Cara menggunakan flash yang benar

Bagaimana cara memaksimalkan flash saat mengambil potret malam hari di luar ruangan?

Flash, seperti HVL-F60RM Sony dapat digunakan sebagai sumber cahaya untuk menerangi subjek saat Anda memotret di malam hari. Flash pada kamera, menurut saya, sedikit terlalu datar dan terang. Oleh karena itu, Anda dapat memakai reflektor untuk memantulkan cahaya dari samping ke subjek untuk mendapatkan efek lebih dramatis dengan memanfaatkan kekontrasan antara objek yang paling banyak dan paling sedikit mendapatkan cahaya.

Mengabadikan jejak cahaya

Bagaimana cara mendapatkan foto jejak cahaya yang sempurna?

Foto jejak cahaya yang sempurna mampu mengabadikan jejak cahaya dengan tajam dan mulus, menghasilkan gambar yang sangat bagus. Menurut saya, transisi halus jejak cahaya pada foto dengan latar belakang gelap terlihat hebat dan menarik.

Alpha 7 III | FE 16-35mm F4 ZA OSS | 35mm | 5 dtk | f/13 | ISO 50

Apa saran terbaik dari Anda untuk mendapatkan komposisi cantik dalam foto jejak cahaya?

Pertama, bayangkan gambar akhir yang Anda inginkan, lalu atur komposisi dan framing, dan temukan spot ideal dengan tripod. Setel kamera ke mode manual menggunakan pengaturan berikut sebagai pedoman umum: ISO paling rendah, aperture f11 - f18, kecepatan shutter 10-30 detik. Anda dapat menyesuaikan pengaturan ini sampai menemukan kombinasi yang pas.

Kesalahan apa yang sering dilakukan fotografer saat mengambil potret jejak cahaya di malam hari?

Melewatkan saat yang tepat. Untuk mendapatkan potret jejak cahaya, kecepatan shutter yang tepat adalah kunci untuk menangkap subjek bergerak yang memancarkan cahaya. Anda juga harus banyak berlatih agar bisa mendapatkan gambar yang bagus.

Menyempurnakan pemandangan kota

Apa trik Anda untuk mendapatkan foto pemandangan kota malam hari yang sempurna?

Orang-orang biasanya mencari spot yang tinggi dan bagus agar dapat mengambil potret yang diinginkan tanpa gangguan. Namun, untuk mendapatkan foto yang sempurna, Anda harus terus mencari dan meminta saran dari fotografer lain.

Alpha 7 III | FE 55mm F1.8 ZA | 55mm | 25 dtk | f/18 | ISO 100

Meningkatkan kreativitas Anda

Berikan saran untuk meningkatkan kreativitas saat mengambil potret di malam hari.

Salah satu hal menarik dari mengambil foto di malam hari adalah Anda bisa berkreasi dengan cahaya, menampilkan realitas yang jauh berbeda dengan ketika dilihat dengan mata telanjang. Agar makin menarik, kurangi kecepatan shutter dan lihat perbedaan hasilnya. Dengan teknik ini, Anda dapat menciptakan jejak cahaya dari objek bergerak dengan memanfaatkan gerakan lambat untuk menggambarkan kecepatan objek bergerak terhadap latar yang cerah.

Alpha 7 III | FE 55mm F1.8 ZA | 55mm | 1/10 dtk | f/4 | ISO 125

Penafian:
Opini yang dinyatakan dalam publikasi ini adalah opini penulis. Opini tersebut tidak mencerminkan opini atau pandangan Sony.

* Setara dengan 82 mm dalam mode APS-C

Produk

Unggulan

Alpha 7 III

Máy ảnh toàn khung hình có hiệu suất AF & chất lượng hình ảnh cao

Sonnar T* FE 55mm F1.8 ZA

Ống kính cao cấp tiêu chuẩn ZEISS để chụp toàn khung hình

Vario-Tessar T* FE 16-35mm F4 ZA OSS

Ống kính thu phóng rộng ZEISS để chụp toàn khung hình

Article Theme

Pemandangan Kota/Pemandangan Di Malam Hari

Fotografi Jalanan

The Night Lights of Singapore

Aysu — Tue, 28 Dec 2021 12:22:07 +0000

Gemerlap Malam Singapura

Aysu Tue, 12/28/2021 - 17:52

Article Categories

TIPS PROFESIONAL

Bagi kebanyakan di antara kita, bus beratap terbuka dan headset multibahasa mungkin merupakan cara terbaik untuk menjelajahi kota baru; tetapi Guillaume Ruchon hanya memerlukan kamera, tripod, dan kedua kakinya.

Dalam perjalanannya ke Singapura baru-baru ini, dia menjelaskan bahwa hal pertama yang dilakukannya setiba di sana adalah menyusuri jalan-jalan kota sambil membawa kamera dan tripod, "Saya memutuskan untuk membawa perlengkapan dan tripod sambil menyusuri jalan-jalan pada waktu malam agar saya bisa menjelajahi seisi kota."

Ada satu daerah yang sangat menarik bagi Guillaume, yaitu Marina, dengan fasadnya yang modern dan cahayanya yang terang, lokasi yang sempurna baginya untuk memancang tripod dan mulai memotret.

“Pada perjalanan lain, saya biasa mengunjungi blog atau menggunakan Instagram untuk berburu lokasi memotret yang paling baik. Namun pada perjalanan ini, saya hanya ingin menyusuri jalan-jalan dan melihat-lihat," terangnya.

"Saya segera mendapati arsitektur Singapura yang menakjubkan!" lanjutnya, "Saya lebih sering berada di sekitar daerah Marina karena saya ingin memotret cakrawala, Marina Bay Sands, Supertree Grove, dan, sudah pasti, bermain dengan pantulan di air.”

Meskipun destinasi mungkin telah menjadi petuah klasik untuk mendapat foto terbaik, untuk mendapat foto yang benar-benar bagus, hal yang paling penting adalah menangkap cahaya.

“Cahayalah kuncinya, dan tripod sangat penting untuk menjaga kamera agar tidak bergerak sehingga Anda dapat memotret dengan eksposur panjang," dia menjelaskan. "Menentukan white balance juga penting karena sumber cahaya yang berbeda menghasilkan cahaya dengan warna yang berbeda.”

Bagi Guillaume, warna dalam sebuah pemandangan adalah cara lain untuk mengekspresikan diri, “untuk menyampaikan kisah dalam satu gambar, kita bisa mengubah suasana foto sesuai dengan warna hangat dan sejuk yang kita gunakan ketika mengatur white balance.”

Bersama Guillaume, berangkat pula ke Singapura Sony Alpha 7R III beserta lensa FE 16-35 mm f/2,8 dan 24-105 mm f/4 G OSS miliknya yang tepercaya.

“Lensa FE 16-35 f/2,8 GM adalah andalan saya untuk memotret arsitektur dan bentang alam. Lensa ini tidak terlalu lebar dan memiliki distorsi yang sangat rendah. Ketika mengezum ke 35 mm, Anda masih dapat memotret dengan f/2,8 dan mendapat hasil dengan ketajaman dan resolusi yang sangat baik.”

Seperti banyak fotografer lain, alasan utama memilih Sony Alpha 7R III adalah resolusi yang luar biasa: 42,2 megapiksel. “Saya tidak bisa hidup tanpa itu” kata Guillaume “detail fotonya sangat mengagumkan untuk penyuntingan, juga ketika dipotong.”

Detail yang begitu banyak mungkin menggoda kita untuk mengeset highlight dan bayang-bayang ke -100 dan +100 untuk menampilkannya sebanyak mungkin, tetapi Guillaume menganjurkan para pemula untuk belajar menggunakan kurva rona pada perangkat lunak penyuntingan guna menyesuaikan kecerahan dan kontras. “Itu jauh lebih kreatif daripada hanya menyesuaikan highlight dan bayang-bayang, tetapi belajar untuk menguasainya juga lebih menantang,” ujarnya.

Untuk mendukung pemotretan pemandangan kota pada waktu malam, Alpha 7R III tidak hanya mengandalkan rentang dinamis dan resolusi tinggi. "Salah satu yang sangat membantu saya ketika memotret pada waktu malam di Singapura adalah perbesaran 12,4 kali." Bagi Guillaume, fitur tersebut membantunya memfokuskan bidikan dengan akurat dalam keadaan redup melalui jendela bidik elektronik." Menggunakan perbesaran yang dipadukan dengan Focus Peaking menjamin foto saya tajam dan terfokus."

Setiap kota membuka kesempatan baru bagi Guillaume untuk menjelajah dan memotret pada waktu malam, tetapi apakah dia pernah merasa bosan? “Haha, tidak pernah!” katanya, “cuaca dan musim selalu berubah, pencahayaan pun kerap kali demikian. Foto saya pun pasti berubah seiring dengan perkembangan diri dan perubahan gaya saya. Selalu ada hal baru yang bisa ditemukan!”